JaTeng – Saham yang murah atau undervalue seringkali menjadi daya tarik bagi para investor yang tengah mencari peluang investasi.
Salah satu metode yang umum digunakan untuk menilai keundervaluean suatu saham adalah melalui analisis Price to Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV).
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa PER dan PBV yang rendah tidak selalu menjadi jaminan bahwa saham tersebut merupakan pilihan investasi yang baik.
Artikel ini akan menjelaskan mengapa banyak investor terjebak di saham yang murah dan faktor-faktor apa yang sebaiknya diperhatikan.
Kelemahan Mengandalkan PER dan PBV
Salah satu alasan utama mengapa banyak investor terjebak di saham yang murah adalah ketergantungan terhadap metode evaluasi seperti PER dan PBV.
Meskipun kedua rasio ini memberikan gambaran tentang seberapa murahnya suatu saham, tetapi mereka tidak memberikan informasi yang cukup untuk membuat keputusan investasi.
Investor perlu menyadari bahwa PER yang rendah dapat disebabkan oleh performa perusahaan yang buruk, bukan karena saham tersebut undervalue.
Begitu juga dengan PBV, yang bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti utang yang tinggi atau aset yang tidak produktif.
Oleh karena itu, investor perlu melihat lebih dari sekadar PER dan PBV saat menilai saham.
Pertimbangan Lain yang Penting
Seiring dengan PER dan PBV, ada beberapa faktor lain yang sebaiknya diperhatikan oleh investor untuk memastikan bahwa saham yang diincar merupakan pilihan investasi yang solid.
Pertama-tama, perlu dipertimbangkan pertumbuhan laba perusahaan dalam beberapa tahun terakhir. Saham yang bagus cenderung memiliki catatan pertumbuhan laba yang konsisten.