Berita  

Malapetaka Lima Belas Januari 1974, Ini Dalang Dibaliknya

Malapetaka Lima Belas Januari 1974, Ini Dalang Dibaliknya
Malapetaka Lima Belas Januari 1974, Ini Dalang Dibaliknya (gambar tangkapan layar Yt @matahatipemuda)

JaTeng – Pada tanggal 15 Januari 1974, ribuan aktivis dan mahasiswa melakukan long march dari Kampus UI ke Kampus Trisakti Jakarta Barat.

Aksi ini dilakukan dengan menyampaikan tiga tuntutan utama: pembubaran Lembaga Asisten Pribadi Presiden (ASPRI), penurunan harga kebutuhan pokok, dan perlawanan terhadap korupsi.

Sayangnya, aksi ini berujung pada kerusuhan, di mana ratusan kendaraan Jepang dibakar, gedung-gedung dan toko-toko dijarah, dan dibakar oleh massa.

Beberapa ahli menyatakan bahwa demonstrasi ini diinfiltrasi oleh tokoh-tokoh yang dikendalikan oleh segelintir orang dengan tujuan merusak citra mahasiswa.

Baca Juga:  Tanggapan Paslon 01 dan 02 Usai Pengunduran Diri Mahfud MD sebagai Menko Polhukam

Meskipun beberapa tuntutan tidak dipenuhi, aksi ini dianggap gagal dan dijuluki “Malapetaka 15 Januari” atau MALARI 1974.

Peristiwa malapetaka ini menyisakan dampak tragis, dengan belasan orang kehilangan nyawa dan ratusan lainnya mengalami luka-luka.

Di balik peristiwa ini, terdapat konspirasi yang melibatkan beberapa tokoh yang berupaya merusak citra mahasiswa dan menggagalkan tujuan demonstrasi tersebut.

Mengutip dari Matahatipemuda (18/1/2024), berikut beberapa kisah latar belakang dari peristiwa ini, beberapa tokoh yang menjadi aktor utama peristiwa malari, dan akibat yang terjadi setelahnya.

Apa penyebab terjadinya peristiwa malari?

Baca Juga:  Raffi Ahmad Bantah Tudingan Pencucian Uang, Begini Katanya

Pada tanggal 14 Januari 1974, perdana Menteri Jepang, Kakui Tanaka, tiba di Jakarta untuk bertemu dengan Presiden Soeharto.

Keesokan harinya, pada tanggal 15 Januari 1974, pertemuan berlangsung di Istana Presiden.

Diskusi tersebut mencakup kesepakatan antara kedua negara, terutama terkait penanaman investasi asing Jepang di Indonesia.

Kesepakatan ini dianggap menguntungkan bagi pemodal asing. Di lain sisi, kebijakan ini telah menjadi kebijakan pemerintah Orde Baru sejak tahun 1968 hingga 1970-an.

Namun sayangnya, kebijakan tersebut mendapat kritik karena dianggap merugikan rakyat.

Oleh karenanya, pada saat kesepakatan Jepang-Indonesia terjalin, ribuan aktivis dan mahasiswa menggelar protes dengan aksi demonstrasi.

Baca Juga:  TPN Ganjar-Mahfud Menggalang Dana Masyarakat Untuk Kampanye, Alasannya Apa?

Hariman Siregar memimpin aksi demonstrasi pada tanggal 15 Januari 1974, di mana ribuan aktivis dan mahasiswa melakukan long march dari Kampus UI ke Kampus Trisakti dengan beberapa tuntutan.

Tuntutan tersebut mencakup penolakan terhadap penanaman modal asing, pembubaran Lembaga Asisten Pribadi Presiden (ASPRI), penurunan harga kebutuhan pokok, dan ganyang korupsi.

Para demonstran menganggap bahwa penanaman modal asing, terutama investasi Jepang, di Indonesia telah berlebihan dan dianggap sebagai bentuk imperialisme gaya baru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *